5 Stars doctor adalah tagline WHO dalam membranding dokter, dokter sebagai care provider, communicator, manager, community leader dan decision maker. Bahkan WHO menyebutkan idealismenya bahwa sehat merupakan keadaan dimana seseorang tidak memiliki masalah dalam fisik, mental dan sosialnya, bukan hanya tidak adanya penyakit ataupun kelemahan saja (Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity). Dan sekarang ini didunia kesehatan sedang panas-panasnya Health team. Dimana tenaga kesehatan yang ada didunia seharusnya bekerja sinergis menjadi satu-kesatuan, bukan bekerja overlapping sehingga mengakibatkan adanya kesenjangan diantara tenaga kesehatan itu sendiri seperti kasta bahwa dokter merupakan kasta tertinggi, padahal farmasis, ahli gizi, perawat, dokter gigi, bidan dan ahli kesehatan masyarakat seharusnya memiliki peran yang sama penting dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada didunia. Lalu siapa lagi yang mampu mewujudkan health team itu jika bukan 5 stars doctor, bahkan baru-baru ini muncul istilah 7 stars doctor yaitu 5 stars doctor ditambah 2 poin yaitu researcher dan religius, tak ada yang salah dengan hal itu. Dan jelas semua itu merupakan semua pekerjaan seorang leader atau pemimpin, utamanya 7 stars doctor. Dan untuk memenuhi ke 3 aspek sehat dari WHO bukan hanya dokter saja yang bisa menyelesaikan, tapi juga lingkungan keluarga, tempat tinggal, pergaulan, pendidikan dan banyak lagi yang lainnya. Sehingga health team yang sesungguhnya bukan hanya dokter saja, bukan hanya berkolaborasi dengan perawat, farmasis, ahli gizi, dokter gigi, ahli gizi dan ahli kesehatan masyarakat saja, tapi health team yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menumbuhkan jiwa tenaga kesehatan di masing-masing individu, terutama adalah individu yang mampu kita jangkau. Karena orang akan mencari jika mereka membutuhkan, oleh karena itu, bagaimana kita bisa menanamkan bahwa kesehatan itu adalah kebutuhan dari masing-masing individu, dan untuk memenuhi kebutuhan itu bukanlah hal yang simpel, tapi merupakan hal kompleks yang membutuhkan kesinergisan antara masyarakat yang memiliki jiwa tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri memang pekerjaan ini berat, butuh perjuangan dan pengorbanan besar. Dan tidak banyak masyarakat yang memiliki pandangan yang sama tentang kesehatan. Bahkan tenaga kesehatan yang notabene tahu tentang kesehatan saja masih sangat sulit untuk ditanamkan idealisme sehat menurut WHO, apalagi yang belum tahu. Tapi semuanya tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah menghendaki. Ya inilah idealisme sebagai mahasiswa kesehatan, banyak guru yang menyatakan idealisme mahasiswa merupakan cita-cita dimasa muda, setelah menjadi dokter dan diterpa banyak hal, idealisme itu lama-kelamaan akan luntur dengan sendirinya. Tapi lebih baik memiliki mimpi daripada takut untuk bermimpi, karena manusia tanpa mimpi bagaikan burung tanpa sayap. Bagaimana nasib kesehatan dunia nanti? Bagaimana nasib tenaga kesehatan nanti? Allahu A'lam |
13 Comments
|
Why Men, 20 yo, Indonesian
Archives
June 2013
Categories
All
Click to set custom HTML
|