"Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani" Jika mendengar 3 kalimat itu, pasti kita teringat akan masa SD kita. Masih ingatkah? Siapa pencetusnya? Ya, benar sekali Ki Hajar Dewantara, beliau adalah tokoh dan pelopor pendidikan yang telah mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Menilik arti dari semboyan ini adalah: |
Kembali lagi ke hakekatnya, karena beliau adalah pelopor pendidikan, jadi yang beliau sampaikan adalah tentang pendidikan. Nah kenapa saya membahas yang satu ini? Alasannya adalah... Ane juga bingung gan, tiba-tiba aja pengen nulis ini.. :p Tapi karna udah terlanjur, ya udah lanjut aja gan.. :D Kita bahas mulai Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik). Teladan sebuah kata ajaib yang mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan. Dalam KBBI, te·la·dan n sesuatu yg patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tt perbuatan, kelakuan, sifat, dsb); Sudah jelaslah arti kata teladan tersebut. Kita sebagai manusia, selalu mengomentari hal yang salah yang dilakukan orang lain "hanya berkomentar", tidakkah berpikir bahwa, jika kita sedang berada dalam posisi yang sama dengan orang yang melakukan kesalahan tersebut, apa yang kita rasakan? banyak spekulasinya. Bisa tidak tahu kalau salah, bisa menyesali perbuatannya, bisa geram karena hanya disalahkan saja dan lain-lain, tergantung bagaimana manajemen hati kita bukan? Tahap selanjutnya dari menyalahkan dengan komentar adalah kita menuntut untuk memperbaiki. Sekali lagi, "hanya menuntut untuk memperbaiki". Kita tuntut sana, tuntut sini tapi kita lupa bahwa bisa saja sebenarnya orang yang telah melakukan kesalahan itu telah memberikan yang maksimal yang dia mampu. Kecuali memang belum berusaha maksimal itu beda lagi ceritanya. Tapi kenapa kita harus suudzan (berburuk sangka) kalau mereka belum berusaha maksimal sedang kita diajarkan untuk khusnudzan (baik sangka)? Oke kembali ke permasalahan, pertama kita berkomentar, kedua kita menuntut. Apakah kita tidak merasakan bahwa ada sesuatu yang mengganjal? Apa hayyoooo?? Yups, kita hanya ngomong sana ngomong sini, tapi kita tak pernah menawarkan solusi untuk perbaikan. Trus hubungannya sama teladan apa? Gak ada.. :D Seriiuusss wooyyy!! #emosi --> penulise lebay -,-a Haha ^^v cuy Jadi, hubungannya adalah, alangkah baiknya jika kita bukan hanya nggacor sana nggacor sini (wihh bahasanya ngerii gan --> lebay lagi -,-a). Jika memang belum pernah mengalami, memang kita cenderung komentar dan menyalahkan, yang lebih parah adalah menuntut perbaikan tanpa menawarkan solusi. Khas sekali dengan kita muda mudi, bahkan orang tua juga masih banyak. Lha teruss? Pikir sendiri :p #Ni postingan mbulet amat seh, males dah jadinya, gw tutup tau rasa lo! Sabar gan.. :D Kembali ke hakekat kebenaran, seharusnya yang kita lakukan ketika melihat sesuatu yang salah adalah memperbaikinya bukan?Dan kembali ke konteks teladan, seharusnya setiap diri kita adalah teladan untuk melakukan perbaikan itu. Karena kita adalah putra-putri generasi masa depan bangsa. Saya tidak menyarankan anda menjadi teladan dengan cara menggantikan posisi orang tersebut, atau menjadi teladan dengan memberikan solusi yang bisa mengatasi segala permasalahannya karena itu sangat sulit. Tapi jika anda memang mampu melakukannya, kenapa tidak? :) Yang jelas, minimal yang kita lakukan adalah inisiasi untuk mengajak orang-orang disekitar kita untuk lebih peduli sehingga tercipta suasana yang menimbulkan semua orang bertanggung jawab terhadap apa yang salah tersebut. Kalau toh tidak mendapatkan solusi, tapi minimal kita tidak malah memperparah keadaan bukan? Dan untuk keluar dari sebuah masalah itu butuh waktu, karena yang terlibat bukannya hanya fisik, emosi dan pikiran, tapi juga hati dan petunjuk dari Yang Kuasa. Yang memberikan solusi itu Yang Kuasa bukan? Cuma kan Jalannya bukan hanya satu arah dari Tuhan ke orang yang memiliki masalah langsung kan? Nah, kenapa kita tidak mencoba menjadi jalan agar solusi itu sampai ke orang yang sedang memiliki masalah.. :) Sebenarnya yang sagat sulit untuk mencari dan membuat perubahan yang lebih baik itu adalah inisiasi. Awang-awang rencana, wacana dan sebagainya itu pasti banyak, tapi AKSI NYATA yang kurang. Bener gak ya? Gak tau lah pikir aja sendiri :p Kesimpulan poin 1, yuk lebarkan sudut pandang tentang makna teladan. Bukan anda harus menjadi contoh yang baik untuk melakukan segala sesuatu urusan yang ada didunia dengan benar, tapi kita bisa menjadi teladan untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat suasana menuju kebenaran, jadi tidak perlu kita yang melakukan semuanya sendiri, dikiranya kita Tuhan yang bisa menyelesaikan segala hal. Keuntungannya lagi, kita malah bisa mengajak orang lain berbuat kebaikan juga bukan? :) Jadi ingat, MASALAH YANG ADA DI DUNIA INI BUKANLAH MASALAH 1 ATAU BEBERAPA ORANG SAJA.Dan dalam agama saja sudah dijelaskan, KEWAJIBAN Manusia adalah MENGINGATKAN jika ada sesuatu yang tidak benar, kalau MEMBENARKAN itu hukumnya apa saya juga kurang tahu, tapi namanya mengingatkan biasanya sih beriringan setahu saya. Dan untuk membenarkan sesuatu, tak harus kita sendiri yang melakukan, kita menginisiasi untuk menuju kebenaran itu menurut saya sudah sangat bagus, kembali saya ulang keuntungannya kita bisa mengajak orang lain berbuat kebaikan juga bukan? :)Pahalanya lebih berlipat ganda tuh.. Amin.. Dan saya teringat akan suatu pernyataan bahwa "Kewajiban memberi tahu orang-orang yang tidak tahu BUKAN HANYA KEWAJIBAN GURU-GURU ATAU DOSEN SAJA, TAPI ADALAH KEWAJIBAN ORANG-ORANG YANG SUDAH TAHU" #Plakkk!! Ketampar ane sama pernyataan itu gan --> lebay lagi -,-a Jadi, kalau anda sudah tahu tentang post yang saya buat ini, ya monggo diberitahukan kepada orang lainnya. #promosi :p Dan kalau anda sudah menemukan solusi atas suatu masalah, jangan sungkan-sungkan untuk memberi tahu kepada orang lain, terutama pada orang yang memiliki masalah itu tadi, kan kembali ke pernyataan yang menampar saya tadi. :) Fiuhh, ini masih poin 1 lho gan.. Lanjut gak nih? Hmm Ane capek gan, lanjut lain kali aja ya :) Ngomong aja belum punya ide, susah amat! #emosi Ya nggaklah, lagi capek aja Alibi! #emosi Terserah apa kata loh, loh gw end! To be continued... |